WIRAUSAHA PERTANIAN (AGRIPRENEURSHIP
2013)
Berbasis PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – PETANI
Oleh : Yunan Zaqi Candra
A. LATAR BELAKANG
Sebagai bangsa Agraris, ditengarai
Indonesia kini sudah masuk perangkap pangan (food trap) negara maju dan
kapitalisme global. Hal ini seperti yang sering di-expose di berbagai media massa, bahwa tujuh
komoditas utama non-beras yang dikonsumsi masyarakat ternyata sangat tergantung
pada impor luar negeri. Bahkan, empat dari komoditas utama tersebut, yakni
kedelai, gandum, telur ayam ras dan daging ayam ras sudah dalam kategori
kritis. Sementara itu, komoditas lainya seperti jagung, susu dan daging sapi
meski belum termasuk dalam kategori kritis keberadaannya, sebetulnya juga patut
diwaspadai karena bukan tidak mungkin ikut kritis. Indonesia ternyata telah
menjadi negara yang mengimport berbagai komoditi pangan strategis: sekitar 2,5
juta ton beras/tahun (terbesar di dunia); 2 juta ton gula/tahun (terbesar kedua
di dunia); 1,2 juta ton kedelai/tahun; 1,3 juta ton jagung/tahun; 5 juta ton
gandum/tahun; dan 550.000 ekor sapi/tahun, dsb
1) Apanya yang
salah?
Dari hal diatas ada beberapa hal yang tidak sesuai dari sektor pertanian kita.
Sektor pertanian disini diartikan luas, yakni meliputi sektor pertanian murni,
perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan. Yang Pertama, yaitu adanya dukungan yang setengah-setengah dari
pemerintah terhadap sektor ini. Sampai pada saat ini, konsentrasi pemerintah
membangun Indonesia pada tahap industrialisme. Lemahnya dukungan pemerintah
terhadap sektor pertanian terbukti dengan turunnya harga komoditas pertanian
kita pada saat panen meskipun memang penyusun harga terjadi pada kondisi
ekuilibrium pasar, akan tetapi rule of control dari pemerintah dirasa
kurang. Kemudahan melakukan impor komoditas tersebut juga menjadi nilai tambah
kurangnya dukungan pemerintah. Jadi dapat ditarik benang merah bahwa kontrol
pasar dan dukungan pemerintah dalam sektor pertanian sangatlah kurang.
Hal yang Kedua, yaitu kurangnya
pemahaman petani terhadap pertanian off-farm yang mengakibatkan
rendahnya kesejahteraan mereka. Pemahaman tentang Entrepreneur atau Wirausaha
pada sektor pertanian masih belum menjadi mindset untuk berbisnis. Padahal
sektor pertanian Indonesia menjanjikan kesuksesan usaha jika dikelola dengan benar
dan dengan konsep Wirausaha. Indonesia tidak mungkin mengungguli Sony, Toyota
dan Hondanya Jepang, atau intel dan Fortnya Amerika, atau BMW dan Mercedessnya
Jerman, tetapi Jepang, Amerika dan Jerman tidak akan dapat mengalahkan tanahnya
Indonesia, hasil laut atau rotannya kita.
Hal yang Ketiga, yaitu buruknya
sistem pendidikan kita yang hanya mencetak sarjana pada tataran tahu bukan pada
tataran bisa ataupun ahli. Mereka adalah output sitem yang berkutat pada
bagaimana supaya tahu lebih banyak, bukan bisa lebih banyak. Alhasil, setiap
tahunnya perguruan-perguruan tinggi di Indonesia hanya menyumbangkan
penggangguran terdidik yang baru.
Hal yang Keempat, yaitu hal yang
paling penting dalam pertanian adalah bagaimana bisa mendapatkan Hasil
Pertanian yang Unggul dan berkualitas dan melimpah.
Fakta membuktikan penggunaan Pupuk Kimia yang
beresidu/mengandung racun akan meninggalkan zat-zat yang merusak tanah dan tidak
bisa terurai di dalam tanah. Hal ini apabila dipakai bertahun-tahun akan
berakibat fatal karena tanah akan semakin keras dan bantat, sehingga akar akan
susah mencari makan. Apabila ini terjadi maka kita tidak akan pernah
mendapatkan Hasil Pertanian yang Unggul dan berkualitas dan melimpah. Untuk itu
benar-benar perlu dilakukan pemilihan Pupuk yang Ramah lingkungan dan
berkualitas untuk Peningkatan Mutu dan Hasil.
2) Apa Solusinya?
Membangun Wirausaha Pertanian (Agripreneurship) - Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat - Petani
Bagaimana caranya?
1. Caranya adalah dengan menanamkan Pola Pikir Wirausaha
kepada Para Petani dan Para Sarjana Indonesia. Konsepnya begini:
Model ini disebut dengan RBS atau Roda Bob Sadino yang biasa
digunakan dalam menggambarkan proses pembelajaran dalam dunia Entrepreneur.
Pada saat ini, para sarjana kita masih berada pada posisi TAU sedangkan para
petaninya pada posisi BISA. Mereka harus berinteraksi untuk beralih posisi ke
kuadran TRAMPIL dan AHLI.
Dalam kuadran tahu proses menitikberatkan pengetahuan sebanyak mungkin teori
dan informasi yang dikuasai, tetapi kelemahannya adalah teori yang mereka
kuasai tidak otomatis dapat diaplikasikan di masyarakat. Pada kuadran BISA,
mereka yang menduduki kuadran ini berpedoman pada praktik dan tidak peduli akan
apalagi menguasai teori. Mereka belajar sepenuhnya dari proses praktik
tersebut. Di kuadran TRAMPIL merupakan tempat orang-orang yang telah melewati
kuadran TAU dan BISA dan merupakan akibat proses dialektika antara kuadran TAU
dan BISA. Dan perjalanan berikutnya, orang-orang di kuadran TRAMPIL akan
bergerak ke kuadran AHLI yang didalam dunia entrepreneur disebut dengan
kuadran ENTREPRENEUR.
Seharusnya
begitulah proses bagaimana para para sarjana dan petani kita berproses dan
kemudian dapat menciptakan pola pikir Entrepreneur.
Konsep ini menggabungkan unsur
pokok, yaitu Pemerintah, Pihak Swasta baik perusahaan maupun investor, Kelompok
peduli, Perguruan Tinggi/Sarjana dan Petani. Konsep ini lebih menitikberatkan
bahwa semua pihak akan mendapatkan manfaat dari hubungan interaksi yang akan
terjadi dengan tetap berpijak dalam koridor Entrepreneurship/Agripreneurship.
Pemerintah lewat program-programnya memberikan dukungan dan ruang gerak untuk
agribisnis dengan cara mengatur kondisi pasar pertanian dan memberikan dukungan
berupa kerjasama dan bantuan-bantuan. Sebagai pendidik/sarjana mereka
menggunakan informasi tentang kondisi pasar komoditas pertanian dan
teori-teorinya untuk bekerjasama dengan pemerintah, sehingga dapat ditemukan
proses bertani yang efektif. Pihak Swasta dan investor menggunakan kemampuan
finansialnya bekerjasama dengan kelompok-kelompok tani untuk membantu dan
mendapatkan keuntungan bersama, sebagai Kelompok Peduli ikut berperan dalam
pendampingan kemajuan Peta dan sebagai petani mereka menggunakan hasil
pertaniannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Konsep ini menjelaskan bahwa para petani harus sudah mensinergikan pertanian on-farm
dengan off-farm. Akan tetapi di dalam proses pertanian yang off-farm
mereka harus menggunakan pendekatan-pendekatan kewirausahaan sebagai dasar
bertindak
4. Dan Konsep yang terakhir adalah Nice Transactions Guarantide.
Apa yang dimaksud dengan Nice Transactions Guarantide?
Konsep Nice Transactions Guarantide adalah menyeimbangkan dua komponen
penting dalam bisnis yaitu Jaminan Pasar dan Jaminan Pembayaran. Di dalam
bisnis apapun termasuk Agribisnis, kunci sukses bisnis yang utama adalah
Kepercayaan/Trust. Sedangkan
kepercayaan dibagi menjadi dua komponen yang saling menyeimbangkan yaitu
Jaminan Pasar dan Jaminan Pembayaran.
Manusia Sebagai makhluk hidup membutuhkan bahan-bahan makanan sebagai kebutuhan
pokok yang tidak mungkin terabaikan. Hal ini berarti Jaminan Pasar terhadap Agribisnis
sangat terpenuhi.
Di lain sisi, jaminan pembayaran
terhadap agen kerjasama pertanian haruslah lancar. Harga pasar dan inovasi
hasil komoditas pertanian yang berkualitas memberikan jaminan pembayaran akan
terpenuhi. Pada intinya para petani kita harus dapat mengelola dua komponen
penting tersebut supaya terjalin kepercayaan bisnis. Sehingga nilai tambah dari
pertanian off-farm tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani
Indonesia.
Pemberdayaan Masyarakat di Dusun Pandes 1, Wonokromo, Bantul, DIY
Strategi riil yang ditawarkan?1. Penempatan kembali Koperasi sebagai soko guru negara Indonesia dengan cara membentuk Koperasi Pertanian yang betul-betul profesional. Dengan demikian saya berasumsi jika Koperasi Pertanian dikelola dengan benar maka kesejahteraan petani akan dengan mudah untuk ditingkatkan.
2. Pemerintah bersama para petani membentuk Bank-Bank Pertanian, seperti Bank Padi dan Bibit Padi, Bank Sapi, Bank Rotan dan budidayanya. Hal ini seperti yang disarankan oleh Pemerintah Kabupaten Jember Dinas Perkebunan dan Kehutanan dalam acara Agribusiness Day IMJB 2009 pada tanggal 26 Juli 2009 di Ruang Manajemen FE UNEJ. Pemerintah Jawa Timur mendukung peningkatan hasil pertanian dengan cara menyediakan lahan kehutanan sebagai lahan pertanian dan peternakan. Para petani bisa memanfaatkan tanah hutan sebagai lahan padi gogo atau hotikultura lainnya yang ditanam di bawah pepohonan hutan. Sedangkan para peternak dapat memelihara sapi dan kambingnya dengan membuat kandang di bawah pohon. Kerjasama ini akan memberikan manfaat baik untuk para petani maupun untuk kelestarian hutan. Selain itu pembentukan Bank-Bank Pertanian dapat memberikan informasi dan bantuan kontrol pasar komoditas pertanian oleh pemerintah.
3. Perlu menggandeng Pihak Swasta sebagai pemilik modal untuk ikut mendukung Program Wirausaha Pertanian (Agripreneurship) - Berbasis Pemberdayaan Masyarakat – Petani ini dengan Konsep Symbiosis Mutualism Strategy, sehingga mereka tidak akan ragu untuk ikut berinvestasi di bidang agribisnis.
4. Mensinergikan pertanian on-farm dengan pertanian off-farm dengan usaha pertanian hulu-hilir, mulai dari pembibitan, penanaman, pengolahan dan pemasaran sebagai basis usaha ekonomi, industri, dan bisnis kreatif, integrasi mata rantai industri hulu-hilir. Dengan kerjasama dari masing-masing sektor pertanian yang saling melengkapi untuk hasil olahan pertanian.
5. Membangkitkan semangat generasi muda untuk mulai memahami pentingnya pertanian bagi negara Indonesia dengan memulai Gerakan Wirausahawan Muda Pertanian. Gerakan ini bisa dimulai dari melakukan lokakarya, seminar, workshop, promosi, eksebisi karya, dan produk wirausaha muda berbasis pertanian.
6. Melakukan pengembangan pemasaran yang selama ini hanya konvensional menjadi pemasaran berbasis IT dengan cara pemasaran online. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia informasi dan teknologi sangat berkembang pesat sehingga pertanian Indonesia harus mengikuti perkembangan tersebut. Pemasaran online merupakan perkembangan pemasaran masa depan, meskipun pada saat ini perkembangan di Indonesia terutama sektor pertanian belum ada. Meskipun demikian, minimal pemanfaat pemasaran online sebagai media promosi yang menggunakan biaya yang murah dapat tercapai. Sebagai sarana informasi, internet memberikan janji yang besar untuk kesuksesan agribisnis Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar